Jumat, 19 Januari 2018

DKV IT Telkom Purwokerto goes to Yogyakarta



               Holla peeps! Holla everyone And welcome to my trash-file a.k.a my trial blog LOL. Why did i call it “trash-file”? because...

Aslinya emang ini bener bener blog pertamaku and i don’t even know how to use it before, sampai akhirnya temen temenku yang lain ngajarin aku gimana caranya how to using this social media haha agak norak emangL

               Tapi di blogku kali ini aku gamau muat sesuatu yang formal formal bangetsih, lebih ke online diary aja hehe kalo niat, maybe isinya seputar hobbies, activities, journey ataupun pengalaman yang ingin ku sharing. Keliatan kan dari alamat site blognya haha, Matcha babes! Yes. I love matcha so much.

                So jadi kalo isinya agak berantakan, forgive my skill, i know this gonna be a lot of messy yang penting masih bisa dibaca hehe.

Langsung aja yuk ke cerita yang pertama👇


IN THE (BEGININDING eh) BEGINNING

                Cerita pertamaku kali ini tentang kunjungan industry bersama DKV squad dari IT Telkom Purwokerto. Yup, the playground where i fight at hehe maksudnya kampus tercintahh.
                Sebenernya aku udah sering terhitung beberapa kali ke jojga sih, Cuma kalo bareng sama DKV squad ya baru kali ini hehe.

                Tanggal 05 januari 2018 kemarin, tanggal yang pas banget ngawalin tahun udah langsung jalan jalan aja, hehe kata anak prodi lain sih gitu, dkv hobi jalan jalan lah, kuliahnya seneng senenglah, mereka gatau aja (ya benersih (dikit) ahahaha).

                Saat itu jam 04.00 a.m kita udah disuruh stay di kampus untuk solat subuh bersama bareng-bareng anak DKV squad with Pak Pungky a.k.a Lecture sweet lecture of PSRD IT Telkom Pwt dan supir supir travel yang ada.

                Nahh.. beres solat subuh berjamaah, jam setengah lima subuh itu kita otw deh. Rombongan yang bakal berangkat dibagi  jadi dua kubu(?), yang satu naik mobil avanza kampus bareng pak Pungky, yang satu lagi naik travel kampus yang which is isinya lebih muat banyak dan kericuhannya juga lebih banyak. Hehe ya, itu mobil yang aku dan teman-teman ciwi ku naiki, Aku, Mutia exo, Ellen, Uwi, dan Inul, beserta rombongan DKV boys.




                Selama diperjalanan sebetulnya aku ikut nyanyi-nyanyi nyetel music bareng anak-anak sih, Cuma lama lama ketiduran hehe.

                Bangun bangun kita udh sampai di bantul, Jogja. Waktu itu jam setengah Sembilan pagi kita berenti dulu di rest area buat sarapan, terus lanjuuutt sampe akhirnya  kita tiba di STUDIO KALAHAN milik Pak Heri Dono yeeeeyy as you can see from the movie above👆

                
Saat masuk ke studio kalahan kita disambut dengan Pak Heri Dono sendiri, beserta asisten nya yang membantu dalam kegiatan touring studio kalahan.

                Studio kalahan yang kami datangi sebetulnya dulu adalah rumah kosong sisa peninggalan belanda, rumah tersebut sempat beberapa kali dijadikan sarana lain seperti SD Patuán sebelum akhirnya dijadikan rumah oleh pemilik lamanya (pemilik rumah sebelum pak Heri Dono).

                Latar belakang pak Heri sendiri sebetulnya bukan asli Jogjakarta, tapi ia lahir di Jakarta.
Lahir ditengah tengah kondisi kerasnya hidup dijakarta, dimana ia sering sekali melihat kekerasan, keresahan social-lah yang banyak mendasari dari setiap karya seni yang ia buat.

               Saat ditanya tentang karyanya, sejujurnya pak Heri sangat terinspirasi oleh Isac Newton, penemu teori gravitasi, maka tak heran banyak dari karya seninya yang ia buat menggantung di langit-langit.

                Pak heri sendiri sebagai seorang seniman tidak mau karyanya hanya berkutat di bidang lukis saja, ia juga membuat wayang, patung-patung yang di visualkan dengan gerak dan audio (music), baik itu berupa alunan alat music yang ia buat sendiri, maupun tembang tembang yang ia putar terbalik dengan maksud tertentu.

                Pak Heri Dono memiliki pola pikir yang amat unik dan berbeda dari seseorang pada umumnya, imajinasi dan gagasan gagasannya ia visualkan dalam berbagai bentuk yang unik, misalnya saja ide, dalam menggambarkan suatu ide pak Heri memilih peri atau mahluk mahluk fantasi yang biasanya tubuhnya menyerupai manusia dengan gabungan anggota tubuh dari mahluk lain yang diberi sayap. Mahluk bersayap ini menggambarkan sebuah ide yang tidak dapat disentuh dan selalu beterbangan tetapi dia ada disekeliling manusia.

                Kebanyakan dari hasil karya seni yang pak Heri buat menyerupai mahluk-mahluk fantasi, terkadang tokoh yang ia buat berbadan dinosaurus tetapi berkepala manusia dengan tokoh wajah yang ingin dia dampaikan, terkadang ia membuat patung yang berbadan manusia namun berkepala berbeda dan lain sebagainya. Karya-karya nya pun banyak bercerita dan mengandung unsure unsure kritikan social, setiap dari hasil lukisannya, patung yang ia buat, banyak menggambarkan tentang biografi orang yang ia anggap bersejarah dan berpengaruh besar (sangat menginspirasi), maupun kritikan social tentang suatu masa yang pernah ia alami.

                Mengapa studio seni yang ia buat ia beri nama Kalahan? Pak Heri Dono memiliki pandangan yang berbeda, ia berfikir terkadang karya karya seni yang mengalami penolakan dan dinilai kurang memiliki estetika dan tidak layak karena suatu alas an, justru adalah karya-karya yang berharga. 
Oleh karena itulah, ia ingin menunjukan bahwa karya-karya seni tersebut sebetulnya adalah sebuah emas bagi yang bisa mengerti letak keindahannya. sama seperti salah satu karya seninya yang berhasil masuk di 56th International Art Exhibition di Venezia, yaitu "Trokomod" yang mewakili Indonesia memvisualisasikan tentang kesetaraan pandangan dunia tentang bahwa blok barat selalu menjadi subjek dan blok timur selalu menjadi objek

Beberapa contoh karya seni di Studio Kalahan hasil keringat pak Heri Dono:


"Flying angels"(IDEAS)













"The Golden Shit"

Puppet Room for the Heri Dono's Puppet Show



note: Sorry for the bad quality movie, i used to bury my self into the ground so i cannot see that Mega-annoying unremovable watermark there:')





SECOND TRIP


                Beres dari studio nya pak Heri Dono sekarang DKV squad lanjut ketempat kunjungan yang keduaaa yeeyy. Nama tempat tersebut adalaaaaaah: jeng jeng jeng.. “ Srengenge Culture Club”

                Srengenge adalah sebuah agency yang bergerak di biro iklan dan kreatif branding. Srengenge culture club terletak di Bantul, Yogyakarta, gabegitu jauh dari ISI Yogyakarta karena sebelumnya kita istirahat dulu disitu hehe.

                Saat pertama kali memasuki daerah tempat Srengenge Culture Club berada, agak aneh sih emang, aku juga sempet mikir “sebelah mana studionya?”, karena emang mobil kita melewati kawasan seperti perkebunan penuh pohon-pohon, Setelah beberapa saat melewati jalan tersebut kemudian muncul lah beberapa rumah yang mungkin itu rumah penduduk di daerah tersebut yang letaknya berjauhan satu sama lain. Suasana diantara kebun-kebun yang hamper mirip kaya hutan buatan ini justru yang bikin unik sih.

                Dan keunikan itu bakal terus berlanjut dan bertambah saat masuk ke studio Srengenge sendiri, studio itu bener bener dibuat dengan konsep simplicity tapi menyatu dengan alam, dinding-dindingnya sengaja tidak ber-cat dengan kombinasi tanaman-tanaman rambat yang dibiarkan menggantung di bangunan-bangunannya gitu.

                Desain bangunannya juga gak kalah uniknya, bikin makin gamau ninggalin studionya 😂
                Saat ditanya studio itu emang sengaja dibangun diatas kawasan yang berbatu gitu sih, kontur tanahnya yang naik turun karena dipenuhi bebatuan besar kayanya emang jadi pemanis didalem gedung ini, bahkan ada yang lantainya juga menginjak batu batu itu langsung. Studio Srengenge punya banyak ruang untuk masing-masing bagian crew dalam agencynya, ada ruang untuk bagian desain dan editor, ruang untuk crew marketingnya, ada juga beberapa ruang khusus lengkap dengan kubah kubahnya yang lucu dan unik, ada yang berbentuk kubah bulat, ada juga yang seperti limas segitiga gitudeh. Bahkan, ada ruangan yang bentuknya bulat dengan dinding kaca gitu, yang menurutku aku pikir itu mini-kebun binatang, tempat naro hewan gitu, tapi itu ternyata gaada isinya, taudeh buat apa 💁

                Ruangan-ruangannya juga dibuat misah antar ruangan satu dengan yang lain, dan itu dihubungkan sama jalan ataupun tangga tangga. Kalau ruangan itu dibangun dan ada pohon diatasnya, mereka sengaja gamau nebang pohon tersebut, justru atapnya dibiarkan bolong untuk si pohon tetapi tetap diberi penghalang supaya air ga masuk dan rembes ke ruangan.

                Di Srengenge kita belajar, apa itu agency, bagian bagian dalam agency periklanan itu sendiri seperti bagian client service dan marketing maupun bagian art dan design nya sendiri, selain itu kita juga belajar bagaimana berbisnis yang baik dalam berurusan dengan klien dan permintaannya yang akan di desain dan dibranding, yang urutannya mulai dari briefing, brain storming, proses pembuatan desain hingga revisi dan di keluarkan kepada klien sebagai hasilnya.

                Beberapa jam sesi pembicaraan, kita banyak sharing tentang bagaimana berfikir kreatif, dan ada beberapa juga motivasi-motivasi yang pastinya akan dibutuhkan dan menjadi gambaran juga bagi anak DKV bila ingin bekerja di industry agency nantinya.


Here’s some little documentation about Srengenge Culture Club yang berusaha aku kumpulin,

And...... once again dengan hasil video yang yaaa liat sendirilah ya masih sama:”)
(fyi jujur ini laptopku lagi mati, dan aku jauh dari rumah dimana PC tercintahku berada untuk ngedit video yang ‘layak’dan ini aku minjem laptop orang jadi yaa.. huhu sad)

So please enjoy this little article about my trip to Yogyakarta in da past few weeks, aku Cuma bisa cerita sampe disini and once again sorry banget kalo isi blog ini agak annoying dan unfaedah untuk dibaca, thankyou yang udah ngabisin waktunya untuk baca,

I’ll see you on my next post and new design and new story and new video and (lahhhh kebanyakan)
And enjoy this video⇊ BYEEEEEE 💋💞